Diposting oleh dewasa masa kini on Senin, 07 November 2011

alay adalah remaja sejati, menjadi alay adalah gaya hidup masa kini…
Tidak dipungkiri komunitas alay terdiri dari kaum remaja dan ABG, usia mereka barangkali usia sekolah SMP dan SMA. Dulu waktu kenal alay saya seperti sebagian dari teman-teman saya yang mengatakan alay adalah norak. Sampai- sampai beberapa musik tertentu bisa saya katakan sebagai musik alay, karena adanya kepastian bahwa anak alay pasti isi HP nya lagu-lagu itu. Tentu karena saya memiliki pandangan berbeda dengan mereka, karena saat itu saya bukan lagi remaja ada atau ABG. Mungkin pandangan saya mengatakan bahwa alay itu norak, namun mereka yang mengaku anak alay mengatakan “Gw adalah alay sejati dengan segala kelebihan dan kekerenannya”. Yeah masalah gaya memang sifatnya subjektif.
Saat ini saya sudah terbuka dengan keberadaan mereka, fenomena alay sudah bisa saya terima. Usut punya usut saya melihat anak alay sebagai remaja yang memulai wacana kehidupan baru, melihat gaya teman dan kaum selebritas yang terpampang di berbagai media. Menurut mereka mengikuti gaya orang adalah cool . Saat itu juga tidak dipungkiri bahwa remaja adalah mereka yang sedang tumbuh mencari jati diri “who Am I ?” dan segala hal yang mencakup hidupnya. Bahkan mungkin di dunia remaja dan ABG mereka yang tidak alay tidak mampu untuk masuk ke dunia komunitas mereka, bagi mereka menjadi alay adalah jati diri “ini gw…”, menjadi alay adalah remaja sejati, menjadi alay adalah gaya hidup masa kini…
Ketika seorang anak remaja dan ABG mencari jati dirinya, maka lingkungan lah yang menentukan, ketika seorang remaja menjadikan diri mereka sebagai bagian dari alay, maka saya melihat bahwa biarkanlan mereka dengan jati diri yang pada saat itu mereka rasa sebagai kebenaran, saya berharap dengan penerimaan terbuka terhadap keberadaan mereka menjadikan anak alay menjadi lebih bertanggung jawab, menjadikan anak alay lebih beretika, dan pada saat yang sama menerima keberadaan alay menunukkan sikap positif bahwa “mereka bisa menjadi lebih baik”. Saya lebih memilih untuk menerima mereka dibanding dengan sekedar menjadikan sebagai masalah, hanya karena perbedaan persepsi. Bukan berarti saya menganggap anak alay adalah mereka yang tidak baik, bukan. Karena dalam pandangan kaum dewasa banyak hal yang memang terlalu lebay. Bisa dipahami bahwa ini adalah sudut pandang dari orang dewasa. Saya yakin jika fenomena alay mungkin akan berlangsung dalam masa remaja mereka, karena saat memasuki dunia kuliah dan menghadapi banyak nuansa kehidupan yang baru, gaya alay akan semakin pudar, dengan menyadari akan hal itu maka saat ini menerima fenomena alay untuk tetap kreatif dalam tatanan budaya, etika dan tanggung jawab adalah hal baik dan win – win solution. Tanpa mereka dunia menjadi hampa, tanpa mereka warna-warni dunia hanya hitam, abu-abu dan putih, dan satu hal lagi tanpa mereka industri kreatif musik gak bakalan jadi booming seperti saat ini, apalagi saat ini berkembang aliran musik alay.
Jika kita memiliki adik, saudara, teman atau kenalan yang kita nilai sebagai alay, maka tetap tersenyumlan kepada mereka tanpa ada pendiskreditan gaya mereka. Begitu juga mungkin diantara teman-teman ada yang merasa dirinya alay, katakan saja “so what..?” gak peduli orang ngomong apa karena yakinkanlah jika menjadi alay bukan kesalahan, menjadi alay karena dengan begitu lebih mampu memahami transformasi diri menjadi lebih baik.
Remaja alay adalah generasi kuncup bunga bangsa yang kian tumbuh berkembang mekar menjadi bagia dari Bumi Persada Indonesia, sayangi dan tunjukkan dunia kreatif untuk indonesia yang lebih baik..
Happy Alay…:)

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar