menjadi dewasa itu tidak menyenangkan

Diposting oleh dewasa masa kini on Senin, 05 Desember 2011




Dahulu, ketika saya masih kecil, saya sering bertanya-tanya kapankah saya besar? Saat melihat kakak-kakak berseragam putih abu-abu lewat di depan rumah, saya pun bertanya kapan saya mengenakan seragam seperti mereka? Kapan saya kuliah? Kapan saya bekerja? Akan bagaimana saya nanti saat sudah menikah? Berapa orang anak yang akan saya miliki kelak?
anak-anak
Saat masih kecil, semua hal tampak mudah dan terlihat sederhana. Semuanya tampak sangat mungkin untuk diraih. Saat masih duduk di sekolah dasar, saya sangat ingin menjadi astronout. Cita-cita yang tidak tanggung-tanggung bukan? Namun sekarang saya baru menyadari bahwa tak banyak orang di dunia ini yang beruntung bisa menjadi seorang astronout.
Waktu kecil, saya sangat mengidolakan aktor Elijah Wood dan Kevin Zeegers. Pada masa itu mereka adalah aktor cilik yang sedang naik daun. Saya berharap suatu ketika saya dapat bertemu dengan mereka dan juga tidak tanggung-tanggung saya berharap salah satu dari mereka bisa menjadi pacar saya (hahahaha).
Saat masih kecil, saya dengan mudah bisa merencanakan sesuatu, apapun itu. Apa yang akan saya lakukan di usia 16 tahun, 18 tahun, 23 tahun, 30 tahun, 45 tahun, 60 tahun, semuanya sudah bisa direka-reka, semuanya telah terbayang.
Ketika masih kecil, saya merasa semua hal bisa saya lakukan, saya merasa semua hal bisa saya raih, saya merasa mimpi-mimpi saya akan terwujud dan segalanya akan berakhir dengan sangat indah.
Namun ketika usia saya mulai menginjak dewasa, saya mulai ragu, keyakinan saya mulai memudar, sedikit demi sedikit.
Masa kanak-kanak adalah masa dimana segala sesuatu hadir tanpa ada yang berani membatasi. Namun ketika seseorang memasuki fase dewasa, batasan-batasan itu mulai bermunculan, semakin lama semakin banyak. Ada kalanya keinginan saya harus berbenturan dengan kepentingan orang lain, sehingga tak jarang mengharuskan salah satu diantaranya untuk mengalah. Ada kalanya saya harus merelakan sesuatu untuk hilang. Ada kalanya saya harus menahan diri. Ada kalanya saya harus membiarkan diri saya tersakiti. Ada kalanya saya tidak punya pilihan selain mengikuti apa yang sudah seharusnya saya ikuti.
Akh, kalau begini, rasanya ingin sekali kembali menjadi anak-anak …

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar